Beda Madu Hutan dan Madu Ternak
TEMPO.CO , Jakarta–Madu Indonesia terdiri dari dua jenis yaitu madu budi daya dan madu hutan. Kuntadi, peneliti lebah dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Kementerian Kehutanan mengatakan madu budi daya berasal dari perut lebah apis mellifera. “Lebah ini mencari nektar dari bunga yang tumbuh di lahan pertanian atau ladang,” katanya kepada Tempo Rabu 11 Maret 2015.
Lebah mellifera biasanya diternakkan. Sehingga madu budi daya juga dikenal sebagai madu ternak. Sudiro, petani madu asal Jepara, Jawa Tengah, memiliki ratusan papan lapis kayu yang berisi koloni lebah mellifera. Menurut Sudiro madu ternak biasanya berasal dari bunga yang sama. Inilah yang membuat madu ternak kerap dilabeli sesuai asal bunganya, misalnya, madu randu berasal dari pohon randu, madu sonokeling, dan madu lengkeng. Lebah ternak bersarang di tempat yang sudah dibuatkan oleh petani. Mayoritas sarang lebah ternak berbentuk kardus kotak.
Adapun madu hutan berasal dari perut lebah apis dorsata. Lebah ini mencari nektar bunga dari tanaman di hutan. Lebah dorsata hidup liar di hutan. Menurut Kuntadi lebah ini bersarang di pohon dengan ketinggian antara 20-30 meter. Satu pohon bisa terdapat 100-200 sarang. Berbeda dengan petani lebah ternak, usaha petani madu hutan lebih berat pada proses pengambilan sarang lebah. “Letaknya sering di ujung cabang pohon,” katanya.
Ketua Asosiasi Petani Madu Hutan Tesso Nilo Riau Achmad Wazar mengatakan sulit mengidentifikasi madu hutan yang dipanen berasal dari jenis nektarnya. Berbeda dengan madu ternak, penamaan madu hutan mengacu pada lokasi misalnya madu hutan tesso nilo berasal dari Hutan Tessno Nilo, atau madu hutan dari Hutan Danau Sentarum dikenal dengan nama madu hutan Kalimantan.
Menurut Achmad warna madu hutan rata-rata merah gelap, sedangkan madu ternak warnanya lebih cerah. Madu hutan juga lebih encer karena sarangnya berada di lokasi terbuka sehingga potensi terpapar air hujan lebih besar. Adapun sarang lebah ternak berada di tempat tertutup terlindungi dari air. Kandungan madu hutan maksimal 22 persen sedangkan madu ternak maksimal 18 persen. Berdasarkan acuan Standar Nasional Indonesia (SNI) madu disebut asli atau murni jika kandungan airnya maksimal 22 persen. Ketua Umum Jaringan Madu Hutan Indonesia Rio Bertoni mengatakan madu hutan mendominasi volume madu nasional. “Sekitar 75 persen,” ujarnya. Sisanya disuplai oleh madu ternak sebesar 25 persen.
Untuk soal harga bervariasi. Direktur Utama PT Madu Pramuka yang memproduksi madu ternak membanderol madunya seharga Rp 150-200 ribu per kilogram. Adapun madu hutan Riau dibanderol Rp 70 ribu per kilogram. Menurut Kuntadi madu hutan termahal adalah madu hutan pelawan Bangka Belitung yang dibanderol Rp 500-700 ribu per kilogram. Berbeda dengan madu hutan pada umumnya, madu hutan pelawan lebih cerah. “Tidak mudah menggumpal meski disimpan di kulkas,” katanya.
AKBAR TRI KURNIAWAN | AHMAD RAFIQ – (Foto: Pexels)
Sumber :
http://gaya.tempo.co/read/news/2015/03/17/060650571/Beda-Madu-Hutan-dan-Madu-Ternak